Rabu, 12 Juni 2013

Makalah tentang Nuzulul Qur'an

NUZULUL QURAN




Makalah ini disusun guna memenuhi
 tugas mata kuliah Al-Qur’an
Disusun oleh:
1.      Nurroqim Indrasumarno          (12480050)
2.      Galuh Sandra Pangesti             (12480057)
3.      Nurjanah Aini Putri Agustuni  (12480075)
4.      Listiana Rizki Ayu                   (12480082)

UIN SUNAN KALIJAGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH
2012



KATA PENGANTAR
            Alhamdulillah, puja dan puji syukur kita haturkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul NUZULUL QURAN. Salawat serta salam marilah kita haturkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang semilir keimanan.
            Tujuan penulisan makalah ini adalah tidak lain dan tidak bukan untuk lebih mengkaji dan memperdalam pengetahuan kita tentang kitab suci Al-Qur’an yang menjadi pedoman umat manusia selama ini. Disini kami dari kelompok Satu akan membahas tentang Nuzulul Qur’an yaitu peristiwa turunya Al-Qur’an.
            Meskipun demikian kami mengakui bahwa apa yang kami sajikan kedalam makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, kritik dan saran dari para pembaca yang budiman sangat diharapkan untuk perbaikan selanjutnya, jikalau di dalam makalah ini terdapat kebenaran dan kegunaan, semua itu berasal dari Allah Subhanahu Wata’ala sebaliknya, kalau di dalamnya terdapat kekurangan dan ketidak smpurnaan semuanya itu karena kekurangan dan keterbatasan kami sendiri.
            Akhirnya, kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs.H. Jauhar Hatta, M.Ag yang telah memberikan kesempatan bagi kami untuk mengkaji materi ini, semoga kesediaan tersebut mendapat berkah dan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, Aamiin.

Yogyakarta, 26 September 2012

                                                                                                            Penulis



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

                    Dalam mempelajari ilmu Al-Quran, ada beberapa hal yang penting untuk dipelajari dan salah satunya adalah bagaimana Al-Quran diturunkan dan bagaimana Al-Quran itu dibukukan pada masa khulafaur Rasyidin. Karena dengan mengetahui bagaimana proses pengumpulan Al-Qur’an kita dapat mengerti bagaimana usaha-usaha para sahabat untuk tetap memelihara Al-Quran.
Al-Qur’an adalah kitab suci kaum muslim dan menjadi sumber ajaran islam yang pertama dan utama yang harus diimani dan diaplikasikan dalam kehidupan agar memperoleh kebaikan didunia dan di akhirat. Karena itu, tidaklah berlebihan jika selama ini kaum muslim tidak hanya mempelajari isi dan pesan-pesannya, tetapi juga telah berupaya semaksimal mungkin untuk menjaga autentisitasnya. Upaya itu telah dilaksanakan sejak nabu Muhammad SAW masih berada di makah dan belum berhijrah ke madinah hingga saat ini. Dengan kata lain upaya tersebut telah mereka laksanakan sejak Al-Qur’an diturunkan hingga saat ini.
Jika hakikat Al-Qur’an sudah terjawab maka akan muncul pertanyaan lain, bagaimana Al-Qur’an diturunkan dan bagaimana pula pendapat ulama menyikapi hal tersebut. Munculnya pertanyaan-pertanyaan serupa itu wajar saja karena ada dua macam ayat yang membicarakan tentang turunnya Al-Qur’an. Ayat-ayat tersebut terdapat dalam surat Al-Qadar ayat 1, dan surat Ad-Dhukan ayat 3. Masing-maisng ayat tersebut berbunyi:
Artinya:
“Sungguh talah kami turunkan Al-Qur’an di malam Lailatul Qodar”
Ayat yang pertama sering diperingati oleh umat islam pada tanggal 17 Ramadhan. Ayat kedua diyakini oleh mayoritas umat islam adalah malam-malam ganjil pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan. Jika demikian halnya, kelihatannya ayat yang kedua diatas adalah ayat penengah, artinya bahwa kedua ayat tersebut tidak ada permasalahan. Yang jelas bahwa Al-Qur’an duturunkan pada bulan yang penuh berkah, yaitu bulan Ramadhan. Sedangkan, proses turunnya Al-Qur’an disebut Nuzulul Qur’an.

B.     Rumusan Masalah.

1.      Apakah pengertian Al-Qur’an itu?
2.      Bagaimana hubungannya dengan fenomena wahyu?
3.      Apakah pengertian Nuzulul Quran ?
4.      Kapan berlangsungnya proses penurunan Al-Qur’an?
5.      Apakah hikmah diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur?















BAB II
PEMBAHASAN
A.                Pengertian Al-Qu’an
Secara etimologi (bahasa) Al-Qur’an berarti bacaan karena makna tersebut diambil dari kata qaraah, yaitu bentuk masdar dari kata qara. Sedangkan secara terminology Al-Qur’an sudah banyak diberikan pengertian oleh mufassir.
      Ali Ash-Shobuni menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah yang mu’jiz, diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril yang tertulis dalam mushaf, diriwayatkan secara mutawatir, menjadi ibadah bagi yang membacanya, diawali dari surah Al-Fatihah dan di akhiri dengan surah An-Nas. Untuk dapat dengan mudah membedakannya dengan wahyu, sedikit tentang wahyu disajikan berikut ini.
B.                 Fenomena Wahyu

1.      Pengertian
Wahyu secara etimologi / Bahasa berarti petunjuk yang diberikan dengan cepat. Cepat artinya dating secara langsung kedalam jiwa tanpa didahului jalan pikiran dan tidak duketahui oleh seorangpun.
Jika dilihat secara jelas makna-makna wahyu tersebut dapat berarti.
a.       Ilham yang sudah merupakan fitrah bagi manusia, sebagaimana wahyu yang diberikan kepada ibu nabi Musa As yang berbunyi:
(QS Al-Qasas ayat 7)

Dan (ingatlah) ketika Kami wahyukan (ilhamkan) kepada ibu Nabi Musa supaya menyusuinya.

b.      Ilham yang merupakan gharizah/instink bagi binatang, sebagaimana petunjuk yang diberikan kepada lebah:
(QS 16:68)

Dan tuhanmu mewahyukan (memberi petunjuk) kepada lebah supaya menjadikan gunung-gunung dan pohon-pohon itu sebagai tempat tinggal.

c.       Suatu isyarat yang diberikan dengan  cepat melalui tanda dan kode, sebagaimana firman Allah kepada NAbi Zakaria:
(QS 19:11)


Maka ketika dia keluar dari mihrab untuk menemui kaumnya, Allah memberi wahyu (petunjuk atau isyarat) kepada mereka supaya bertasbih diwaktu pagi dan petang.

d.      Godaan dan hiasan kejahatan yang dilakukan oleh setan pada diri manusia:
(QS 6:121)

Dan sesungguhnya setan-setan itu mewahyukan (membisikkan kejahatan atau was-was) kepada kawan-kawan setia mereka.

e.       Berupa perintah Allah kepada para malaikat-Nya:
(QS 8:12)

Ingatlah ketika Tuhanmu mewahyukan atau memerintahkan kepada Malaikat bahwa Aku bersamamu.

Jika diambil makna wahyu itu dari bentuk masdarnya maka wahyu berarti petunjuk Allah yang diberikan kepada seseorang yang dimuliakan-Nya secara cepat, dan tersembunyi. Subhi Sholih menyatakan bahwa wahyu adalah pemberitahuan yang bersifat goib, rahasia, dan sangat cepat.

Dari makna diatas dapat dipahami bahwa wahyu adalah kalam Allah yang diturunkan kepada nabi dan atau rasul secara rahasia dan sangat cepat.


2.      Cara Penurunan Wahyu
Wahyu yang diturunkan kepada Rasul atau nabi secara rahasia dan sangat cepat itu bervariasi. Dari variasi itu terbagi pada dua kelompok besar, yaitu melalui perantara Malaikat Jibril dan langsung tanpa perantara.

a.       Melalui perantara Malaikat
Wahyu yang diturunkan dengan cara ini yang terkenal ada dua yaitu:

Pertama, Jibril mrnampakkan wajahnya dan bentuknya yang asli. Cara seperti ini terjadi ketika Nabi Muhammad menerima wahyu yang pertama, surah al alaq ayat 1-5.

Kedua, Jibril menyamar seperti seorang laki-laki yang berjubah putih. Misalnya ketika Nabi Muhammad menerima wahyu tentang imam, islam, ihsan, dan tanda-tanda hari kiamat.

b.      Tanpa Perantara Malaikat ( Langsung )
Ø  Melalui mimpi yang benar, misalnya ketika turun wahyu surah al kautsar ayat 1-3.


Contoh lain adalah wahyu tentang penyembelihan Ismail oleh ayahnya, Ibrahim, yang diuraikan dalam surah al shaffat ayat 101-112
(tulis ayat)


Ø  Allah berbicara langsung
Adapula yang menyatakan bahwa cara ini adalah turunnya wahyu melalui balik hijab. Misalnya wahyu Allah kepada Nabi Musa yang diceritakan dalam Alquran surah Al-A’rof ayat 143 dan An-Nisa ayat 164. (tulis)




Contoh lain adalah wahyu yang diterima Nabi Muhammad pada malam isra dan mi’raj tentang perintah sholat lima waktu. Menurut al-Qathan cara seperti ini tidak didapati satu ayat pun dalam Alquran.
Cara yang lain lagi adalah seperti gemercikan lonceng. Menurut jumhur ulama cara tersebut termasuk yang melalui perantara malaikat. Namun contohnya belum didapati.

C.    Pengertian Nuzulul Quran
Nuzulul Qur'an artinya adalah turunnya Al-Qur'an. Turunnya Al-Qur'an untuk yang petama kalinya biasa diperingati oleh umat Islam yang dikemas dalam suatu acara ritual yang disebut dengan Nuzulul Qur'an. Turunnya Al-Qur'an untuk yang pertama kalinya merupakan tonggak sejarah munculnya satu syari'at baru dari agama tauhid yaitu agama Islam. Sebagai penyempurna dari agama-agama tauhid sebelumnya.
Ayat-ayat Al-Qur’an tidaklah diturunkan sekaligus secara keseluruhan, tetapi secara berangsur-angsur sesuai dengan ketentuan yang ada. Itulah sebabnya, ayat-ayat Al-Qu’an atau surat-suratnya yang diturunkan tidak sama jumlah dan panjang pendeknya, terkadang diturunkan sekaligus secara penuh dan terkadang sebagianya saja.

            Menurut Alim Ulama’ Al-Qur’an diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui tiga tahapan:
1.      Diturunkan ke Lauhilmahfudzh.
2.      Ke Bait Al-‘Izzah di langit dunia.
3.      Kemudian baru diturunkan kepada nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur sesuai dengan keparluan yang ada dan kasus-kasus yang dihadapi oleh Nabi Muhammad SAW dan kaum muslim.
Menurut pendapat yang terkuat dan riwayat yang sahih, firman Allah yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah firman-Nya disurat Al-Alaq:


“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan mu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhan mu lah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum pernah ia ketahui.”
Penurunan surat pertama ini merupakan peristiwa yang  bersejarah yang terjadi pada malam Senin, tanggal 17 Ramadhan tahun ke-41 dari usia Nabi Muhammad SAW atau 13 tahun sebelum beliau berhijrah ke Madinah, bertetapan dengan bulan Juli tahun 610 Masehi. Malam pertama kali Alquran diturunkan ini disebut oleh Alquran sendiri dengan Lailat al-Qadr ( Malam Kemuliaan) dan Lailat Mubarokah (Malam yang Diberkahi). Masing-masing dari kedua nama-nama tersebut terdapat surat Al-Qodar:1 (tulis)

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Alquran) pada malam kemuliaan.”
dan surat Al-Dukhan:3-4: (tulis ayat)

“Sesungguhnya Kami menurunkan (Alquran) pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.”
Setelah surat Al-Alaq turunlah surat Al-Mudatsir, tepatnya ketika Nabi Muhammad SAW sudah berada dirumah bersama istri beliau Khadijah, sehabis pulang dari gua Hira. Setelah itu ayat-ayat Alquran terputus turun untuk beberapa waktu lamanya. Masa terputusnya ayat-ayat Alquran ini turun disebut fatrat al wahyi yakni masa terputusnya wahyu.
Berapa lamanya masa fatraul wahyi tersebut, terdapat perbedaan pendapat. Menurut Ibn Ishaq masa fatrat al wahyi ini setidak-tidaknya 2,5 tahun, bahkan kemungkinan besar salama 3 tahun. Timbulnya kesimpang siuran pendapat tentang masa fatrat al wahyi dapat dimengerti, sebab peristiwa tersebut terjadi pada permulaan islam yang waktu itu jumlah kaum muslim masih sangat terbatas. Disamping itu, mereka yang sudah berjumlah sedikit tersebut masih harus mengalami sebagai macam pemberitaan dari pihak kaum musyrik quraisy, sehingga tidak ada kesempatan untuk membuat catatan-catatan turunnya ayat-ayat Alquran secara kronologis dan satu per satu secara berurutan.
Menurut riwayat yang terkuat, ayat Alquran yang terakhir sekali diturunkan adalah ayat ketiga dari surat Al-Maidah:5 (tulis ayat)

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agama mu, dan telah Aku cukupkan nikmat ku kepada mu, dan Aku rela islam itu adalah agama untuk mu.”
            Menurut riwayat diatas, ayat terakhir tersebut diturunkan ketika Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat sedang wukuf di Arofah dalam rangka melaksanakan ibadah haji terakhir ( aji Wada) pada hari Jumat, tanggal 9 Dzulhijjah tahun ke-10 Hijriyah atau tahun ke 63 dari usia beliau. 81 malam setelah itu Nabi pun wafat.



D.    Periodisasi turunya Al-Qur’an

Menurut saikh al-khudlari dalam bukunya, tarikh tasyi, masa turunnya al-quran yang di mulai dari tanggal 17 ramadhan tahun ke 41 dari kelahiran nabi Muhammad SAW hingga akhir turunnya ayat pada 19 djulhijah tahun ke 63 dari usia beliau, tidak kurang dari 22 tahun 2 bulan 22 hari. Masa ini kemudian di bagi oleh para ulama menjadi dua periode yaitu periode mekah dan periode madinah.
Periode mekah dimulai ketika nabi Muhammad pertama kali menerima ayat-ayat al-quran pada tujuh belas ramadhan, pada 41 dari kelahiran beliau hingga awal rabiul awal ke 54 dari kelahiran beliau, yaitu sewaktu beliau akan berhijrah meninggalkan mekah menuju madinah.
Periode madinah dimulai sejak nabi Muhammad SAW berhijrah ke madinah dan menetap disana sampai dengan turunnya ayat terakhir pada 9 dzulhijah tahun ke 10 dari kelahiran beliau. Dengan demikian, periode mekah selama 12 tahun 5 bulan 13 hari dan periode madinah selama 9 tahun, 9 bulan, 9 hari.

E.     Hikmah diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur

1.      Menetapkan hati Rasulullah
Yang menjadi pertanyaan kenapa hati Rasulullah perlu di-tatsbit-kan? Hal itu dikarenakan Nabi berdakwah kepada orang banyak selalu saja mendapat tantangan dari orang-orang yang anti kepadanya, tambah lagi sifat orang-orang tersebut kasar dan bengis serta tidak menunjukkan sikap yang bersahabat. Maka hal seperti itu perlu diberi semangat dan kekuatan kepada Rasul bahwa apa yang dialaminya itu semua dengan yang dialami oleh nabi-nabi dan para rasul terdahulu.
2.      Untuk melemahkan lawan-lawannya (mukjizat)
Orang-orang yang anti kepada Rasulullah senantiasa melakukan upaya yang dapat menyudutkannya. Di antara upaya tersebut adalah dengan mengajukan tantangan yang sepertinya Rasulullah tidak dapat membuktikannya. Misalnya tantangan mereka agar Rasulullah minta kepada Allah untuk menurunkan azab kepada mereka. Apa yang mereka minta itu dibuktikan oleh Allah, dan Allah menurunkan azab kepada mereka pada waktu itu juga.
3.      Mudah dipahami dan dihafal
Bagi bangsa yang buta huruf sulit dapat menghafal dan memehami sesuatu yang harus dipahami atau dihafal. Oleh karena itu, diturunkan Alquran secara berangsur-angsur menjadi mudah dihafal dan dipahami serta diamalkan.
4.      Sesuai dengan lalu lintas peristiwa atau kejadian
Alquran diturunkan sesuai dengan kejadian atau peristiwa-peristiwa yang muncul pada waktu itu, misalnya peristiwa tayamum sabagai pengganti wudhu ketika tidak diperoleh air.
5.      Menguatkan bahwa Al-Qur’an benar-benar dari Allah yang Maha Bijaksana dan Maha Terpuji
Ketika Al-Qur’an turun berangsur-angsur dalam kurun lebih dari 22 tahun, kemudian menjadi rangkaian yang sangat cermat dan penuh makna, indah dan fasih gaya bahasanya, terjalin antara satu ayat dengan ayat lainnya bagaikan untaian mutiara, serta ketiadaan pertentangan di dalamnya, semakin menguatkan bahwa Al-Qur’an benar-benar kalam ilahi, Dzat yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.














BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasalam adalah rasul Allah yang diberi oleh-Nya mu’jizat yang amat berguna bagi umat manusia, bahkan sampai zaman ini mu’jizat tersebut, menjadi tuntunan bagi seluruh umat, barang siapa yang mengamalkan ajaran yang terkandung di dalamnya pasti akan selamat di dunia maupun di akhirat dan barangsiapa yang melalaikan bahkan  tidak mau memahaminya niscaya akan celaka, mu’jizat itu tidak lain dan tidak bukan adalah Kitab Suci Al-Qur’an yang turun melalui perantara malaikat jibril secara bertahap kepada Nabi Muhammad SAW, kejadian tersebut dinamakan Nuzulul Qur’an.
Ayat-ayat Al Qur’an tidaklah diturunkan sekaligus secara keseluruhan, tetapi secara berangsur-angsur sesuai dengan keperluan yang ada. Surat-surat yang diturunkanya pun tidak sama jumlah panjang dan pendeknya, terkadang diturunkan sekaligus secara penuh dan terkadang sebagianya saja.
Dengan diturunkanya Al-Qur’an secara berangsur-angsur banyak hikmah yang akan diperoleh yaitu menetapkan hati Rasulullah, melemahkan lawan-lawannya, mudah difahami dan dihafal, penyusunannya akan sesuai dengan lalulintas peristiwa atau kejadian.








DAFTAR PUSTAKA

Hatahilah. 2010. Sejarah Al-Quran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Anwar,Abu. 2002. Ulumul Qur’an. Pekanbaru: AMZAH
Al-Qur’an dan Terjemahnya. 1985. Jakarta: Departemen Agama RI. Proyek pengadaan Kitab      
Suci Al-Qur’an






































































1 komentar: