PERAN DAN FUNGSI TAUHID
DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
Disusun Oleh :
Benny Mu’alim
UIN SUNAN KALIJAGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN GURU
MADRASAH IBTIDA’IYAH
2012
MENGAMATI
FUNGSI TAUHID DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
Berawal
dari tugas kelompok yang bertemakan Fungsi Tauhid Dalam kehidupan Sosial,
membuat kami ingin lebih mengetahui keadaan sesungguhnya apa yang terjadi pada
masyarakat sosial pada zaman ini, kami penasaran apakah tauhid pada zaman
moderen ini masih dijadikan pedoman oleh masyarakat awam?
Untuk
menjawab pertanyaan tersebut kami melakukan pengamatan dengan mengunjungi salah
satu angkringan di daerah Sayidan sekitar jam 19.00 WIB. Kami mulai dengan
menyusuri gang-gang sempit namun ramai akan kendaraan yang berlalu lalang. Tibalah
kita di sebuah angkringan di penghujung perempatan desa. Tanpa ragu kami
mendatanginya sembari memesan makan ringan.
Sembari
menikmati udara malam yang dingin dan makanan ringan pengganjal perut, kami
berusaha bercakap dengan bapak pemilik Angkringan tersebut, Percakapan demi percakapan mulai terlontarkan
dari lisan kami. Berawal dari percakapan ringan seperti alamat rumah, keluarga,
dan pekerjaan. Dari percakapan tersebut kami dapat mengetahui umur bapak
angkringan sudah berumur sekitar 65 tahun, beliau telah memiliki anak dan cucu.
Beliau menekuni profesinya sebagai penjual Angkringan sekitar 30 tahun sejak
beliau masih muda, yang mana pekerjaan tersebut adalah warisan dari orang tua
beliau.
Namun,
tujuan pertama kami adalah untuk mengetahui agama yang beliau anut. Percakapan
pun mulai mengalir hingga membahas masalah masjid daerah sekitar, hewan qurban,
shalat Idul Adha hingga pengajian rutin. Dari situlah kami yakin bahwa beliau
menganut agama Islam. Pengamatan pun dimulai dengan bahasa yang sederhana dan
tidak terkesan mewawancarai,
Indra : “Maaf pak, dulu anak bapak disekolahkan di
mana?”
Bapak : “Anak saya yang terakhir saya sekolahkan di
MTs.”
Benny : “ Itu memang sengaja bapak sekolahkan di
sana atau bagaimana pak?”
Bapak : “ Lha itu, anaknya mau sendiri dek”
Indra : “ Emang bedanya sekolah biasa dengan MTs itu apa pak?
Bapak : “ ya pelajaran agamanya lebih banyak dek,
kalau di SMP kan pelajaran agama hanya sedikit.”
Indra : “Bapak senang apa tidak kalau anaknya
sekolah di MTs?”
Bapak : “ya seneng lah, kan pelajaran agamanya lebih
banyak. Saya dulu juga sekolahnya di MTs dek. Dulu saya sekolah di Muhiwa dek.”
Benny : “Dulu di sana juga sama pak banyak pelajaran
agama seperti sekarang pak? Ada aqidah semacam itu juga pak?”
Bapak : “Oh ya sama dek ada seperti itu.”
Indra : “Terus kalau pelajaran seperti itu di
praktekan di masyarakat tidak pak?”
Bapak : “Ya itu kan pelajaran di sekolah jadi ya
tidak dek. Kan masih anak kecil belum begitu paham. Jadi hanya sekedar
pelajaran saja. Kalau sudah lulus SMA seperti itu baru sadar dan mulai
menerapkan pelajaran tadi.”
Benny : “Lha terus kalau sudah tua seperti ini apa
masih diterapkan pak?”
Bapak : “Oh ya masih dek. Itu kan penting untuk
bekal nanti di akhirat.”
Pertanyaan
demi pertanyaan terus kami lontarkan hingga kami lebih mengetahui kehidupan dan
pemikiran beliau tentang agama Islam. Lama kelamaan kami mulai nyaman dengan
pemnbicaraan kami. Dan bapaknya pun juga mulai bertanya kepada kita, dimulai
saat kami berdua membincangkan masalah bela diri. Kami membicarakan tentang
rencana kita yang ingin melihat seleksi kejuaraan bela diri yang kebetulan akan
dilaksanakan pada malam ini tanggal 8 November 2012, Dari sini, beliau mulai
bertanya pada kami,
Bapak : “Oh kalian suka bela diri ya dek?”
Benny : “Iya pak kami senang bela diri apalagi kalau
lihat fight seperti itu.”
Bapak
: “Saya itu dulu juga melatih bela diri dek, namanya Telapak Sakti. Tapi
sekarang sudah tidak lagi.”
Indra : “Lha kenapa kok sekarang tidak lagi pak?
Terus itu bela dirinya seperti apa pak?”
Bapak : “Ya sudah tua dek. Kalau bela dirinya itu ya
pokoknya untuk jaga diri saja dan diajarkan tentang agama juga. Jadi, di situ
diajarkan kekuatan dengan do’a-do’a, puasa, dan ajaran agama lainnya.”
Indra : “Lah
pak gunanya apa bela diri kok memakai ilmu agama juga?”
Bapak : “Ya gunanya banyak dek. Untuk menjaga hati
agar tidak sombong, bisa untuk menghadapi masalah di kehidupan dengan sabar.”
Benny : “Lha terus kalau bapak ada masalah keluarga
atau ekonomi, apa yang bapak lakukan. Apa ilmu tadi bisa dipakai pak?”
Bapak : “Ya kalau ada masalah ya berdo’a pada Allah
dek, karena segalanya itu milik Allah. Kalau bela diri itu kan untuk jaga diri
kalau ada ancaman dari luar, kalau ada masalah ya kita kembali ke Allah.”
Benny : “ trus menurut bapak aqidah itu penting ya
pak untuk kehidupan kita?”
Bapak : “ya penting soalnya bisa membantu kita di
kehidupan dunia dan akhirat.”
Karena kami merasa sudah cukup maka
kami pamit dengan bapaknya, tak lupa kami ucap salam dan terima kasih. Dalam
perjalanan pulang kami menyusuri kembali gang-gang sempit yang masih ramai
dengan kendaraan yang berlalu-lalang, dengan perasaan puas telah menemukan
jawaban dari rasa penasaran kami tentang fungsi tauhid di kehidupan sosial.
KESIPULAN
Dari percakapan yang kami lakukan
dengan bapak Angkringan, kita dapat memahami bahwa aqidah dapat menolong
manusia dari perasaan buruk yang timbul dari dirinya yang disebabkan karena
ilmu yang ia miliki seperti sombong, riya’, tama’,dan takabur. Aqidah juga
dapat menenangkan hati ketika kita ditimpa musibah, dengan berdo’a hati menjadi
tabah lalu menerima apapun yang Allah berikan kepada kita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar