TARBIYAH
DZATIYAH
MAKALAH
Diajukan guna
memenuhi tugas
mata kuliah
Akhlak Tasawuf
Disusun oleh :
Kelompok 6
1. M. Athfal Matswa (12480056)
2. Arafah Maelani (12480059)
3. Sutan Nur Istna Rachmawati (12480061)
4. Mu’ammila Rohmaniyah (12480078)
5. Yulia Agustina (12480085)
6. Dika Perdana Ardi (09480092)
Dosen pembimbing : Drs. Nur Hidayat, M. Ag
PROGRAM STUDI PGMI B
FAKULTAS TARBIYAH DAN
KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2012/2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik dan tanpa halangan suatu
apapun. Makalah kami yang membahas mengenai “Tarbiyah Dzatiyah” ini kami susun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf. Sesuai dengan judulnya makalah
ini membahas mengenai pengertian
tarbiyah dzatiyah, urgensi tarbiyah dzatiyah, sebab-sebab ketidakpedulian
kepada tarbiyah dzatiyah, sarana-sarana tarbiyah dzatiyah, dan hasil dari
tarbiyah dzatiyah.
Pembuatan
makalah ini terlaksana atas bantuan dari beberapa pihak, sehingga tidak lupa
kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak tersebut :
1. Bapak Drs. Nur Hidayat, M. Ag selaku
dosen pembimbing mata kuliah Akhlak Tasawuf
2. Orang tua kami yang senantiasa mendukung
kami
3. Teman-teman, dan
4. Semua pihak yang telah membantu kami
menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya kami
berharap makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian ataupun bagi penulis
sendiri. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan makalah
kami di kemudian hari.
Yogyakarta, 17 November
2012
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………..….i
KATA PENGANTAR
…………………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI
……………………………………………………………………………...iii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………….1
A.
Latar
Belakang Masalah ……………………………………………………....1
B. Rumusan Masalah ….…………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN
………………………………………………………………...2
A.
Pengertian
Tarbiyah Dzatiyah
...........................................................................2
B.
Urgensi
Tarbiyah Dzatiyah ...............................................................................2
C.
Sebab-sebab
Ketidakpedulian kepada Tarbiyah Dzatiyah................................4
D.
Sarana
Tarbiyah Dzatiyah.................................................................................5
E.
Hasil
Tarbiyah Dzatiyah…………………………………………...................8
BAB III PENUTUP …………………………………………………………………….9
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………...................10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar,yang keras,
yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
(QS. 66:6)
Tarbiyah Dzatiyah adalah sangat penting bagi
setiap muslim untuk meningkatkan kualitas keimanan dan keislamannya sehinggga
mencapai maqom kesempurnaan. Untuk itu sangatlah perlu bagi setiap muslim untuk
memahami urgensi Tarbiyah zatiyah ini dan mengamalkannya.
Dalam penulisan kali ini akan dipaparkan tentang pengertian
tarbiyah dzatiyah, urgensi tarbiyah dzatiyah, sebab-sebab, sarana-sarana dan
buah tarbiyah dzatiyah.
B. Pembahasan masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan Tarbiyah Dzatiyah?
2.
Apa sajakah urgensi-urgensi Tarbiyah Dzatiyah?
3.
Sebab-sebab ketidakpedulian terhadap Tarbiyah Dzatiyah?
4.
Sarana-sarana apa sajakah yang digunakan tarbiyah Dzatiyah?
5.
Apa hasil dari Tarbiyah Dzatiyah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tarbiyah Dzatiyah
Tarbiyah Dzatiyah ialah sejumlah
sarana tarbiyah yang diberikan orang Muslim atau Muslimah, kepada dirinya,
untuk membentuk kepribadian Islami yang
sempurna di seluruh aspek, baik berupa ilmiah, iman, akhlak, sosial dan sebagainya,
dan naik tinggi ke tingkat kesempurnaan sebagai manusia.[1]
Dengan kata lain Tarbiyah
Dzatiyah ialah tarbiyah
(pembinaan) seseorang terhadap dirinya
sendiri. Tarbiyah
dzatiyah sudah pernah dilakukan oleh sahabat-sahabat
Rasulullah. Bisa dilihat dari sejarah keberhasilan sahabat-sahabat Rasulullah,
dimana mereka mampu tampil menjadi figur-figur hebat, dengan ciri khas dan
kelebihannya masing-masing. Salah satu kuncinya adalah masing-masing dari
mereka mampu mentarbiyah (membina) diri sendiri dengan optimal,
meningkatkan kualitas diri menuju tingkatan seideal mungkin, mengadakan
perbaikan diri secara konsisten dan kontinyu, serta meningkatkan semua potensi
diri mereka sehingga tidak ada satu pun potensi mereka yang terabaikan.
B. Urgensi Tarbiyah
Dzatiyah
1. Menjaga diri
seharusnya didahulukan daripada menjaga orang lain
Tarbiyah seorang muslim terhadap dirinya sendiri adalah sebuah
upaya untuk melindungi dirinya dari siksa Allah. Tidak diragukan lagi, menjaga diri sendiri mesti lebih
diutamakan daripada menjaga orang lain. Seperti dalam firman Allah dalam surat
At-Tahrim ayat 6 : [2]
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri dan keluarga kalian
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.”
Arti menjaga diri dari neraka, seperti dikatakan Ibnu Sa’di
rahimahullah, ialah dengan mewajibkan diri mengerjakan perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya, serta bertaubat dari apa saja yang dimurkai oleh-Nya
yang mendatangkan siksa.
2. Jika kita tidak mentarbiyah (membina) diri kita sendiri, maka
siapa yang mentarbiyah (membina) diri kita?
Jika kita tidak mentarbiyah diri kita sendiri, maka kita akan
kehilangan waktu-waktu ketaatan dan moment-moment kebaikan padahal hari dan
umur terus bergulir, sedang ia gagal mengetahui titik lemah dirinya dan
ketidakberesannya. Akibatnya, ia merugi pada saat kematian.
3. Hisab kelak bersifat
Individual
“Setiap orang dari kalian pasti diajak bicara Tuhannya, tanpa
penerjemah antara dirinya dengan-Nya.” (Muttafaq Alaih).
Hisab pada hari Kiamat oleh Allah SWT kepada hambanya bersifat
individual, bukan secara kolektif. Artinya setiap orang kelak dimintai
pertanggungjawaban tentang diri dan sepak terjangnya, baik perbuatan baik atau
buruk, kendati ia mengklaim orang lain menjadi penyebaba kessesatan dan
penyimpangan. Kendati ada klaim seperti mereka wajib dihisab bersama dirinya. Karena
itu, barangsiapa mentarbiyah dirinya, insya Allah hisabnya diringankan dan ia
selamat dari siksa, dengan rahmat Allah SWT.
4. Tarbiyah Dzatiyah itu
lebih mampu menghasilkan perubahan
Kita pasti punya aib, kekurangan, atau melakukan kelalaian dan
maksiat. untuk memperbaiki seluruh sisi
negatif yang ada didalam diri kita maka tarbiyah dzatiyah akan sangat efektif
karena kita sendiri lah yang tahu rahasia-rahasia dalam diri kita yang perlu
diperbaiki.
5. Tarbiyah adalah sarana
tsabat (tegar) dan istiqamah
Tarbiyah dzatiyah merupakan garis pertahanan terdepan dalam
melawan beragam fitnah dan bujuk rayu, yang menyerang orang Muslim dewasa ini.
Godaan untuk menyimpang, gugur di jalan dakwah, loyo, malas, merasa takut
akan masa depan, dan putus asa dengan realitas sekarang. Di aspek ini,
perumpamaan Tarbiyah Dzatiyah ialah seperti pohon, yang jika akar-akarnya
menancap kuat di bumi, maka pohon tersebut tetap kokoh, meskipun terkena angin
dan badai.
6. Sarana Dakwah yang
Paling Kuat
Cara yang paling efektif untuk mendakwahi orang lain dan
mendapatkan respon mereka ialah dengan menjadi qudwah (panutan) yang baik dan
teladan istimewa, di aspek iman, ilmu, dan akhlaknya. Qudwah tinggi dan
pengaruh kuat tersebut tidak dapat dibentuk oleh sekian khutbah dan ceramah
saja. Namun, dibentuk oleh tarbiyah dzatiyah yang benar.
7. Cara yang Benar dalam
memperbaiki realitas yang ada
Realitas
kondisi umat Islam di berbagai aspek kehidupan sekarang cukup memprihatinkan.
Tarbiyah dzatiyah merupakan langkah efektif untuk melakukan upaya perbaikan.
Sebab, jika setiap individu baik, baik pula keluarga, lalu masyarakat menjadi
baik. Begitulah, akhirnya pada akhirnya realitas umat menjadi baik secara
total, sedikit demi sedikit.
8. Karena keistimewaan
tarbiyah dzatiyah
Tarbiyah dzatiyah memiliki urgensi lain seperti mudah
diaplikasikan, sarana-sarananya banyak, dan ada terus pada orang Muslim di
setiap waktu, kondisi, dan tempat.
C. Sebab-Sebab Ketidakpedulian Kepada Tarbiyah
Dzatiyah
1. Minimnya Ilmu
2. Ketidakjelasan Sasaran dan Tujuan
3. Lengket dengan Dunia
4. Pemahaman yang Salah tentang Tarbiyah
5. Minimnya Basis Tarbiyah
6. Langkahnya Murabbi (Pembina)
7. Perasaan akan Panjangnya Angan-angan
D.
Sarana-Sarana Tarbiyah Dzatiyah
1. Muhasabah
Muhasabah merupakan penyucian atau
pembersihan diri sebagai alat untuk mengintrospeksi dirinya sendiri. Seorang
muslim mulai mentarbiyah dirinya sendiri dengan cara pertama-tama
melakukan muhasabah (evaluasi) terhadap dirinya sendiri atas kebaikan
dan keburukan yang telah ia kerjakan, meneliti kebaikan dan keburukan yang ia
miliki, agar ia dapat segera menyadari dan melakukan perbaikan terhadap dirinya
sendiri.
Hal yang pertama kali perlu di muhasabahi seseorang pada dirinya
ialah kesehatan akidahnya, kebersihan tauhidnya dan kebersihannya dari syirik
kecil dan tersembunyi, yang keduanya sering kali disepelekan serta
keyakinan-keyakinan dan perbuatan-perbuatan lain yang bertentangan atau
melemahkan tauhid.[3] Lalu ia memuhasabahi
dirinya atas pelaksanaan kewajiban-kewajiban, shalat lima waktu berjamaah,
bakti kepada kedua orang tua (birrul walidain), menyambung hubungan
kekerabatan, amar ma’ruf nahi munkar dan juga memuhasabahi dirinya tentang
sejauh mana pelaksanaan ibadah-ibadah sunnah dan ketentuan-ketentuan lainnya oleh
dirinya.
2. Taubat Dari Segala Dosa
Ibnu
Al-Qayyim Rahimahullah berkata, “Segera bertaubat dari segala dosa wajib
dilakukan dengan segera dan tidak boleh ditunda. Jika taubat ditunda, pelakunya
bermaksiat kepada Allah dengan penundaan taubat. Jika ia bertaubat, ia masih
punya kewajiban taubat lainnya, yaitu taubat dari penundaan taubatnya. Hal ini
jarang sekali terbesit di jiwa orang yang bertaubat ! Dan ia tidak bisa selamat
dari hal ini, kecuali dengan taubat umum dari disa-dosa yang ia ketahui atau
tidak ia ketahui.” Agar sarana ini memberikan pengaruh
tarbiyah kepada jiwa, ada hal-hal yang perlu diingat yaitu :
a. Hakikat Dosa, ialah tidak mengerjakan
kewajiban-kewajiban syar’i, atau melalaikannya
dalam bentuk tidak mengerjakannya dengan semestinya.
b. Syarat-syarat Taubat, berhenti dari
dosa pada masa mendatang, menyesali dosa-dosa silamnya, dan bertekad tidak
mengerjakannya lagi pada masa mendatang.
c. Semua Dosa itu Kesalahan
d. Hukuman di Dunia
e. Di antara Trik jiwa kita
3. Mencari Ilmu Dan Memperluas Wawasan
Mencari
ilmu dan memperluas cakrawala ilmu pengetahuan adalah aspek penting dan sarana
urgen Tarbiyah Dzatiyah yang ideal dan mengarahkannya dengan pengarahan yang
benar. Ilmu yang menunjang Tarbiyan Dzatiyah adalah ilmu syar’i yang bersumber
dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasullah, dan pemahaman salafush shalih, yang
menghasilkan ketakwaan takut kepada-Nya, menunjukan kepada ketaatan kepada-Nya,
mengetahui batasan-batasan dan hukum-hukum-Nya, mengatarkan ke surga, dan
menjauhkan pelakunya dari neraka.
4. Mengerjakan Amalan-Amalan Iman
a. Mengerjakan ibadah-ibadah
wajib seoptimal mungkin
b. Meningkatkan porsi
ibadah-ibadah sunnah
c. Peduli dengan ibadah dzikir
5.
Memperhatikan Aspek Akhlak (Moral), diantaranya :
a. Sabar
b. Membersihkan hati dari
Akhlak Tercela
c. Meningkatkan Kualitas
Akhlak
d. Bergaul dengan Orang-orang
yang Berakhlak Mulia
e. Memperhatikan Etika-etika
umum
6. Terlibat Dalam Aktivitas Dakwah
Di
dalam surat Al-Ashr bahwa orang-orang yang tidak rugi di akhirat ialah
orang-orang yang mempunyai empat sifat yaitu beriman kepada Allah, beramal
shalih, saling berwasiat dalam kebenaran, dan saling berwasiat untuk sabar.
Sifat ketiga dan keempat tidak mungkin dapat direalisir kecuali dengan
menunaikan kewajiban berdakwah ke jalan Allah, amar ma’ruf nahi munkar, dalam
suasana cinta dan ukhuwah karena Allah. Agar orang Muslim berinteraksi dengan
Tarbiyah dzatiyah dalam aspek dakwah dan bersemangat melaksanakannya ada
beberapa arahan di antaranya :
a. Merasakan Kewajiban Dakwah
b. Menggunakan Setiap
Kesempatan untuk berdakwah
c. Terus-menerus dan tidak
Berhenti di Tengah Jalan
d. Pintu-pintu Dakwah itu
banyak
e. Kerjasama dengan pihak lain
7. Mujahadah (Jihad)
Di
antara syarat dan kondisi yang paling penting ialah jihad melawan jiwa hingga
melaksanakan kewajiban, meninggalkan maksiat, membiasakan mengerjakan
sunnah-sunnah dan ketaatan-ketaatan, lengket dengan Allah dan akhirat. Dalam
masalah ini, ada beberapa hal di antaranya :
a. Sabar adalah bekal Mujahadah
b. Sumber Keinginan
c. Bertahap dalam Melakukan Mujahadah
d. Jadilah Orang yang Tidak Lalai (selalu
dalam keadaan terjaga)
e. Siapa yang Mengambil Manfaat dari
Mujahadah ?
f. Berdoa dengan Jujur kepada Allah, agar
membuahkan hasil yang diharapkan maka tidak lupa akan kebutuhan kita kepada
doa, waktu-waktu dan tempat-tempat terkabulnya doa, syarat-syarat doa, jangan
meminta doa terkabul dengan segera dan bermanfaatlah untuk kita dan orang lain.
E.
Hasil Tarbiyah Dzatiyah
1. Mendapatkan
Keridhaan Allah dan Surga-Nya
Jika seoarang
Muslim melakukan Tarbiyah Dzatiyah dengan sempurna, ia akan mendapatkan
keridhaan Allah, lalu memperoleh surga-Nya yang merupakan dambaan seluruh orang
Muslim di akhirat.[4]
2. Kebahagian
dan Ketentraman
Sesungguhnya
kebahagiaan dan ketentraman terletak di kembali kepada Allah dan mentarbiyah
dri untuk komitmen dengan seluruh perintah dan menjahui semua larangan-Nya.
3. Dicintai
dan Diterima Allah
Barangsiapa
memperbaiki dan mentarbiyah dirinya untuk beriman, bertakwa dan beramal shalih,
ia mendapatkan cinta Allah.
4. Sukses
5. Terjaga
dari keburukan dan hal-hal yang tidak mengenakan
6. Keberkahan
di Waktu dan Harta
7. Sabar atas
Penderitaan dan Semua Kondisi
8. Jiwa
Merasa Aman
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Seseorang dalam mencapai
kesempurnaan perlu adanya sarana yang disebut dengan tarbiyah dzatiyah. Dengan
tarbiyah dzatiyah, seseorang akan mampu membentuk kepribadian islami yang
sempurna dalam segala aspek, baik berupa lahiriyah, fikriyah, dan jasadiyah.
Tarbiyah dzatiyah ini juga bisa dikatakan pembinaan seseorang terhadap dirinya
sendiri. Sarana-sarana yang digunakan dalam tarbiyah dzatiyah ini ada
muhasabah, taubat dari segala dosa,mencari ilmu dan memperluas wawasan,
mengerjakan amalan-amalan iman, memperhatikan aspek akhlak dan moral, terlibat
dalam aktivitas dakwah, dan mujahadah. Hasil yang dapat kita peroleh setelah
melakuka tarbiyah dzatiyah yaitu, keridhaan Allah Swt dan surga-Nya,
kebahagiaan dan ketentraman, dicintai Allah, terjaga dari keburukan, jiwa
merasa aman, terjaga dari keburukan dan hal-hal yang tidak mengenakan,
keberkahan di waktu dan harta, sabar atas penderitaan dan semua kondisi.
DAFTAR PUSTAKA
http://edukasi.kompasiana.com/2012/03/08/hakikat-tarbiyah-dzatiyah
http://www.scribd.com/doc/9802254/Tarbiyah-Dzatiyah
http://www.bersamadakwah.com/2010/06/urgensi-tarbiyah-dzatiyah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar